Selasa, 23 September 2014

Corak Kehidupan Masyarakat Pada Zaman Praaksara



Corak kehidupan masyarakat Indonesia pada masa pra aksara dapat dikelompokkan menjadi :

1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
     Kehidupan masyarakat masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana (zaman paleolitikum) masih sangat sederhana. Mereka hidup sangat tergantung dengan alam dengan cara menumpulkan makanan dan berburu hewan. Kegiatan tersebut dikenal dengan food gathering.
Perkakas yang dihasilkan pada masa ini adalah:
> Chopper ( kapak penetak / kapak genggam / kapak seterika, dinamakan demikian sesuai dengan bentuk dan cara penggunaannya.
> Flakes (serpih bilah) yaitu pecahan batu kecil dan pipih serta tajam yang digunakan sebagai pisau.
> Tulang dan Tanduk Hewan, alat ni digunakan sebagai mata panah, pengorek ubi dan ujung tombak.
Perkakas-perkakas tersebut ditemukan di Pacitan Jawa Timur, Ngandong dan Sangiran (Jawa Tengah)
Kebudayaan rohani yang ditemukan pada masa ini adalah penguburan orang yang telah meninggal, berbeda dengan binatang.

2. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
     Masa ini disebut juga masa Mesolitikum. Berkembangnya pemikiran manusia menyebabkan peningkatan penggunaan pikiran dab meningkatnya kebutuhan manusia dalam mempertahankan hidupnya. Peningkatan jumlah anggota kelompok dan perpindahan tempat akan menyebabkan permasalahan baru. Perpindahan tempat ( nomaden) dalam rangka berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering) dianggap sudah tidak memadai lagi maka manusia purba mulai membuat tempat tinggal tetap untuk sementara (semi sedenter). Kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan tetap berlangsung, namun kegiatan mengolah lahan tingkat sederhana dan berternak tingkat awal sudah dimulai.
Peninggalan budaya dari masa ini adalah budaya kjokkenmodding yang ditemukan di pantai timur Sumatra dari Langsa (NAD) sampai Medan berupa bukit kerang setinggi 7 meter, dan abris sous roche yang ditemukan di gua di darah Sampung  Ponorogo Jawa Timur dan Lamoncong Sulawesi Selatan
Hasil kebudayaan:
Peable (Kapak Sumatra), hachecourte, pipisan batu, flakes, tulang dan tanduk

3. Masa Bercocok Tanam di Sawah
    Masa bercocok tanam di sawah juga zaman neolitikum. Pada masa ini terjadi perubahan besar dalam kehidupan manusia atau revolusi dari food gathering menjadi food producing, dari nomaden menjadi menetap. Dengan perubahan tersebut, semua kebutuhan dan perkakas untuk memenuhi kebutuhan juga berubah. Perkakas menjadi lebih halus, manusia sudah mulai memasak, mulai mempercantik diri dengan ditemukan berbagai perhiasan.
Perkakas yang dihasilkan: kapak persegi; kapak lonjong; gerabah/tembikar; barang-barang perhiasan dari batu.

4. Masa Perundagian Logam
    Sebagai salah satu dampak kehidupan menetap adalah bahwa manusia mulai semakin berkembang cara berpikirnya, sehingga mulai mampu menemukan cara membuar perkakas dari logam. Penemuan logam mendorong manusia menciptakan perkakas-perkakas untukmkebutuhan sehari-hari. Pengolahan logam memerlukan keahlian khusus, sehingga kemudian berkembang menjadi mata pencaharian untuk kelompok masyarakat tertentu.
Pembuatan perkakas dari logam menggunakan dua teknik, yaitu a cire perdue dan bivalve.
Pembuatan perkakas dengan teknik a cire perdue, caranya dengan membuat model terlebih dahulu dari lilin. Perkakas lilin kemudian dibungkus dengan tanah liat basah yang bagian atas dan bawahnya diberi lubang, selanjutnya dikeringkan dan kemudian dibakar. Pada saat dibakar, lilin melelh dan meninggalkan rongga. Rongga pada tanah liat tadi kemudian diisi dengan cairan logam, dan setelah dingin, tanah liat dipecah maka jadilah perkakas dari logam. teknik ini tidak ekonomis karena hanya menghasilkan satu perkakas dari setiap model. Maka kemudian dikembangkan teknik bivalve, yaitu membuat perkakas dengan cetak masal, yaitu dibuat cetakan batu dengan tutup yang bisa dibuka dan dipakai berulang-ulang.
Perkakas yang dihasilkan pada zaman perundagian: kapak corong; candrasa; nekara; mokko; bejana; dan barang-barang perhiasan dari logam lainnya

5. Masa Batu Besar / Megalithikum
     Kebudayaan baru besar atau Megalithikum sebenarnya bukan babakan budaya tersendiri. Kebudayaan ini berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan spiritual / rohani manusia purba. Manusia purba sudah mempercayai bahwa setelah kematian ada kehidupan, meski mereka belum faham benar tentang hal itu. Maka kemudian setiap kematian selalu ditandai dengan menggunakan bangunan batu yang besar.
Perkakas megalitikum:
> Menhir
> Dolmen
> Sarkofagus
> Waruga
> Kubur Batu
> Punden Berundak-undak

Letak Geografis Indonesia




Jika didasarkan pada letak geografis Indonesia, maka ia termasuk ke dalam kawasan regional Asia Tenggara. Letak geografis ini dianggap sebagian ahli sangat strategis sebab ikut membentuk Indonesia sebagai salah satu Negara potensial di dunia. Sama seperti letak astronomis, titik geografis memang berpengaruh banyak pada sebuah wilayah.
Secara geografis, Indonesia diapit dua samudera dan juga dua benua. Secara detil, pada bagian barat laut Indonesia berbatasan dengan Benua Asia. Sedangkan pada bagian Tenggara, Indonesia berbatasan dengan Benua Australia. Pada arah barat, wilayah Indonesia berbatasan dengan Samudera Hindia dan sebelah timur laut berbatasan dengan Samudera Pasifik. Batas-batas geografis ini memberi sejumlah pengaruh bagi Indonesia sebagai sebuah Negara dengan kebudayaan yang beragam.

Pengaruh letak geografis Indonesia, antara lain sebagai berikut:
·         Secara fisik, dengan letak geografis tersebut Indonesia kemudian dilalui oleh angin monsoon atau muson. Angin ini berganti arah sebanyak dua kali di dalam satu tahun. Kehadiran angin muson ini membuat Indonesia hanya memiliki dua musim yakni penghujan dan kemarau.
·         Indonesia yang diapit dua benua dan juga dua samudera, membuat wilayah Indonesia sangat strategis sebab dilalui oleh persimpangan lalu lintas internasional baik itu di udara dan juga di laut. Dengan kenyataan tersebut, Indonesia kemudian menjadi Negara yang potensi perekonomiannya baik sebab Negara industri dan Negara berkembang menjadikan Indonesia sebagai titik industri mereka.
Pengaruh letak geografis Indonesia lainnya menyentuh soal budaya. Kekayaan kultur di Indonesia tidak lepas dari kebudayaan Negara yang terletak di sekitarnya. Derasanya kebudayaan ini lambat laun memasuki proses asimilasi dan sebagai hasilnya Indonesia memiliki kebudayaan lain yang beragam dan khas.

Mengapa Istilah Praaksara lebih tepat dari prasejarah?



Karena penggunaan istilah prasejarah untuk menggambarkan perkembangan kehidupan dan budaya manusia saat belum mengenal  tulisan adalah kurang tepat karena pra berarti sebelum dan sejarah berarti sejarah sehingga prasejarah berarti sebelum ada sejarah. sebelum ada sejarah berarti sebelum ada aktivitas kehidupan manusia . oleh karena itu para ahli menggantikan pra sejarah dengan istilah pra aksara.


Praaksara berasal dari gabungan kata yaitu Pra dan Aksara. Pra berarti sebelum Dan Aksara berarti tulisan, Oleh karena itu masa praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan atau dengan kata lain disebut Nirleka, Nir artinya tidak ada, dan Leka artinya tulisan, Sehingga Nirleka adalah masa dimana tidak ada tulisan. Selain itu masa Praaksara disebut juga dengan masa Prasejarah, Sedangkan masa dimana manusia telah mengenal tulisan di sebut masa Sejarah.
            Kehidupan manusia pada masa praaksara dapat di ketahui dari peninggalan artefak dan fosil.Wujud Artefak berupa benda-benda purbakala, Dan Wujud Fosil adalah Sisa tulang belulang manusia, hewan, dan tumbuhan yang sudah membatu. Indonesia termasuk salah satu negara tempat ditemukan nya fosil dan artefak manusia purba. Ilmu bantu sejarah untuk meneliti fosil manusia, tumbuhan, dan, hewan adalah PALAENTOLOGI, sedangkan ilmu yang mempelajari Manusia purba adalah PALEOANTROPOLOGI.


Jika Menggunakan Pra Sejarah Itu kurang tepat. Karena Pra Sejarah Berarti Sebelum Ada Sejarah. Namun Kenyataannya walaupun manusia belum mengenal tulisan, Manusia sudah memiliki sejarah dan sudah menghasilkan kebudayaan. Jadi, Pra Aksara Lebih tepat yang berarti Sebelum Ada Tulisan.

Pada zaman praaksara manusia belum meninggalkan bukti-bukti tertulis. Bagaimanakah cara kita mempelajari kehidupan manusia pada zaman tersebut?
Untuk mengetahui kehidupan masyarakat pada masa praaksara, kita dapat melakukan penelitian terhadap benda-benda purbakala yang ditemukan, misalnya fosil dan artefak.